Kamis, 17 Oktober 2013

Prinsip Prinsip Ilmu Ekologi dalam Perncangan


ARSITEKTUR EKOLOGI (ECO-ARCHITECTURE)

PENGERTIAN EKOLOGI DAN EKO-ARSITEKTUR

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup  dan lingkungan. Arti kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998). 
Prinsip-prinsip ekologi sering berpengruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology - A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain :
a. Flutuation
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
b. Stratification
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
c. Interdependence (saling ketergantungan)
Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Eko arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, takada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas.
Pada perkembangannya ekoarsitektur disebut juga dengan istilah greenarchitecture (arsitektur hijau) mengingat subyek arsitektur dan konteks lingkungannya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari hasil arsitektur dan lingkungannya. Dalam perspektif lebih luas, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan global alami yang meliputi unsur bumi, udara, air, dan energi yang perlu dilestarikan. Ekoarsitektur atau arsitektur hijau ini dapat disebut juga sebagai arsitektur hemat energi yaitu salah satu tipologi arsitektur yang ber-orientasi pada konservasi lingkungan global alami.
DASAR-DASAR EKO-ARSITEKTUR
Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain :
1.    Holistik
Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.
2.    Memanfaatkan pengalaman manusia
Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.
3.    Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.
4.    Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.

Dengan mengetahui dasar-dasar eko-arsitektur di atas jelas sekali bahwa dalam perencanaan maupun pelaksanaan,  eko-arsitektur tidak dapat disamakan dengan arsitektur masa kini. Perencanaan eko-arsitektur merupakan proses dengan titik permulaan lebih awal. Dan jika kita merancang tanpa ada perhatian terhadap ekologi maka sama halnya dengan bunuh diri mengingat besarnya dampak yang terjadi akibat adanya klimaks secara ekologi itu sendiri. Adapun pola perencanaan eko-arsitektur yang berorientasi pada alam secara holistik adalah sebagai berikut :
a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat.
b. Menghemat energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.
c.    Memelihara sumber lingkungan (air, tanah, udara).
d.   Memelihara dan memperbaiki peredaran alam dengan penggunaan material yang masih dapat digunakan di masa depan.
e.  Mengurangi ketergantungan pada pusat sistem energi (listrik, air) dan limbah (air limbah, sampah).
f. Penghuni ikut secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.
g.    Kedekatan dan kemudahan akses dari dan ke bangunan.
h.     Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-harinya.
i.    Menggunakan teknologi sederhana (intermediate technology), teknologi alternatif atau teknologi lunak.

UNSUR-UNSUR POKOK EKO-ARSITEKTUR

Unsur-unsur alam yang dijadikan pedoman oleh masyrakat tradisional antara lain udara, air, api, tanah (bumi), merupakan unsur-unsur pokok yang sangat erat dengan kehidupan manusia di bumi. Dalam kehidupan masyarakat modern pun juga harus tetap memperhatikan unsur-unsur tersebut karena sedikit saja penyalahgunaan unsur alam tersebut besar akibatnya terhadap keseimbangan ekologis. Adapun unsur-unsur pokok eko-arsitektur dapat dilihat pada gambar berikut ini.
 
Referensi
http://sigitwijionoarchitects.blogspot.com/2012/04/arsitektur-ekologi-eco-architecture.html

Resend - Arsitektur Berwawasan Lingkungan


Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Dengan adanya perubahan atau perkembangan kebutuhan keperluan ruang bagi penduduk menyebabkan pergeseran-pergeseran pada dunia arsitektur, sehingga menyebabkan timbulnya industri-industri bangunan. Perubahan atau perkembangan ini menyebabkan masalah dengan lingkungan, seperti pemakaian daya yang tinggi serta air yang besar. Karenanya, kementerian pariwisata serta ekonomi kreatif berusaha untuk memberikan apresiasi pada karya arsitektur anak bangsa melalui sayembara desain arsitektur nusantara.
Acara ini sudah mengusung rencana arsitektur berwawasan lingkungan dikarenakan memakai material yang tidak mengakibatkan kerusakan, tutur direktur jenderal pengembangan destinasi pariwisata kementerian pariwisata serta ekonomi kreatif Firmansyah Rahim.
Firman menegaskan bahwa pengembangan arsitektur yang berbasis lingkungan dengan terus mencermati kelokalan membutuhkan pengembangan secara terus menerus untuk mendorong serta mengembalikan arsitektur yang ramah lingkungan. Karena arsitektur yang ramah lingkungan akan memberikan dampak positif bagi kehidupan kita kelak.
Pada dasarnya, selain bangunan yang akan didirikan, para arsitek juga harus lebih mementingkan mempertimbangakan keberadaan lingkungan sekitar. Karena lingkungan yang tetap asri dan tidak rusak akan menyelamatkan kita dan anak cucu kita nanti. Tentu anda tidak mau mendirikan sebuah bangunan yang dampaknya terlihat sangat buruk bukan
Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan

Bangunan yang berwawasan lingkugan adalah bangunan yang tanggap terhadap lingkungan di mana bangunan itu didirikan,yang tujuannya adalah memberikan pendidikan dan contoh bahwa bangunan itu didirikan dengan pertimbangan-pertimbangan yang berpihak kepada lingkungan, baik itu lokasi tapak bangunan, arah bangunan,material bangunan, konsep bentuk bangunan itu sendiri,serta energy yang akan di gunakan sebagai penunjang, ada beberapa tujuan prioritas dalam mendirikan bangunan yang berwawasan ekologi
1. Sebagai contoh atau panutan bagi masyarakat secara umum bahwa betapa pentingnya kita melakukan studi lingkungan terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan
2. Memberikan arahan ke pada masyarakat tentang wujud serta bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
3. memberikan contoh bagaimana perletakan tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang negative terhadap lingkungan
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat belajar, dan terciptanya peningkatan ekonomi lokal
5. memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi, baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya, pengelolaan sumber kebutuhan serta energi sehari -hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku manusianya
6. memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber – sumber material lokal dan mengajak masyarakat untuk dapat memahami bersama bagaiman cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber – sumber material lokal itu sendiri.

Sampah adalah salah satu permasalahan utama yang terjadi di lingkungan kita, karena memang secara langsung bahwa lingkungan juga menghasilkan sampah, baik itu lingkungan liar ataupun lingkungan yang terkelola, namun berbeda – beda pula jeneis sampah yang di hasilkan. Di kota medan Sendiri sampah yang di hasilkan rata – rata perhari sekitar 1,200 ton/hari, atau sekitar 4.800 M3/ hari, jika penduduk kota medan berkisar 20.000 000 maka sampah rata – rata yang di hasilkan per rumah tangga sekitar 5 -16 Kg / hari .
Di dalam Eko Arsitektur sampah adalah suatu attensi yang penting di dalam menciptakan suatu hunian atau kawasan yang Ekologis, Karena Suatu hunian tidak dapat di katakana Ekologis jika sampah tidak terkelola dengan baik, ada beberapa pengaruh negatif yang di hasilkan sampah terhadap hunian yang Ekologis, yaitu:
Ø Menyebabkan lingkungan hunian menjadi kotor dan dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan
Ø Hilangnya nilai – nilai Estetika dan kenyamanan
Ø Menimbulkan Kerusakan terhadap fisik bangunan
Ø Dan pengaruh – pengaruh negatif lainnya
Untuk mengantisipasi hal – hal negatif di atas perlu di lakukan pengelolaan secara berkelanjutan, sehinga sampah – sampah tersebut dapat terkontrol dan bisa saja dapat termanfaatkan dengan baik, dengan cara Daur ulang, Pengkomposan, pengurukan, dan beberapa prinsip yang bias di terapakn di dalam lingkungan keseharian dengan sistem 4R, yaitu,:
a. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.


Referensi

http://jakartakreatif.com/index.php?option=com_content&view=article&id=39:pengertian-arsitektur&catid=11:arsitektur&Itemid=102&lang=en
http://arsitekturlingkungan.blogspot.com/2009/04/arsitektur-lingkungan.html

Jumat, 11 Oktober 2013

Arsitektur Berwawasan Lingkungan

Arsitektur Berwawasan Lingkungan
Dengan adanya perubahan atau perkembangan kebutuhan keperluan ruang bagi penduduk menyebabkan pergeseran-pergeseran pada dunia arsitektur, sehingga menyebabkan timbulnya industri-industri bangunan. Perubahan atau perkembangan ini menyebabkan masalah dengan lingkungan, seperti pemakaian daya yang tinggi serta air yang besar. Karenanya, kementerian pariwisata serta ekonomi kreatif berusaha untuk memberikan apresiasi pada karya arsitektur anak bangsa melalui sayembara desain arsitektur nusantara.
Acara ini sudah mengusung rencana arsitektur berwawasan lingkungan dikarenakan memakai material yang tidak mengakibatkan kerusakan, tutur direktur jenderal pengembangan destinasi pariwisata kementerian pariwisata serta ekonomi kreatif Firmansyah Rahim.
Firman menegaskan bahwa pengembangan arsitektur yang berbasis lingkungan dengan terus mencermati kelokalan membutuhkan pengembangan secara terus menerus untuk mendorong serta mengembalikan arsitektur yang ramah lingkungan. Karena arsitektur yang ramah lingkungan akan memberikan dampak positif bagi kehidupan kita kelak.
Pada dasarnya, selain bangunan yang akan didirikan, para arsitek juga harus lebih mementingkan mempertimbangakan keberadaan lingkungan sekitar. Karena lingkungan yang tetap asri dan tidak rusak akan menyelamatkan kita dan anak cucu kita nanti. Tentu anda tidak mau mendirikan sebuah bangunan yang dampaknya terlihat sangat buruk bukan
Tujuan Bangunan yang berwawasan Lingkungan

Bangunan yang berwawasan lingkugan adalah bangunan yang tanggap terhadap lingkungan di mana bangunan itu didirikan,yang tujuannya adalah memberikan pendidikan dan contoh bahwa bangunan itu didirikan dengan pertimbangan-pertimbangan yang berpihak kepada lingkungan, baik itu lokasi tapak bangunan, arah bangunan,material bangunan, konsep bentuk bangunan itu sendiri,serta energy yang akan di gunakan sebagai penunjang, ada beberapa tujuan prioritas dalam mendirikan bangunan yang berwawasan ekologi
1. Sebagai contoh atau panutan bagi masyarakat secara umum bahwa betapa pentingnya kita melakukan studi lingkungan terlebih dahulu sebelum bangunan didirikan
2. Memberikan arahan ke pada masyarakat tentang wujud serta bentuk bangunan yang sesuai dengan lingkungan serta budaya sekitar
3. memberikan contoh bagaimana perletakan tapak bangunan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan pengaruh yang negative terhadap lingkungan
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan, sehingga masyarakat dapat belajar, dan terciptanya peningkatan ekonomi lokal
5. memberikan contoh yang benar terhadap pengelolaan serta perawatan bangunan ekologi, baik itu fisik bangunannya, pengelolaan limbahnya, pengelolaan sumber kebutuhan serta energi sehari -hari, pengelolaan vegetasinya, dan yang terpenting adalah prilaku manusianya
6. memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar untuk merawat sumber – sumber material lokal dan mengajak masyarakat untuk dapat memahami bersama bagaiman cara merawat, menggunakan serta mamanfaatkan sumber – sumber material lokal itu sendiri.

Sampah adalah salah satu permasalahan utama yang terjadi di lingkungan kita, karena memang secara langsung bahwa lingkungan juga menghasilkan sampah, baik itu lingkungan liar ataupun lingkungan yang terkelola, namun berbeda – beda pula jeneis sampah yang di hasilkan. Di kota medan Sendiri sampah yang di hasilkan rata – rata perhari sekitar 1,200 ton/hari, atau sekitar 4.800 M3/ hari, jika penduduk kota medan berkisar 20.000 000 maka sampah rata – rata yang di hasilkan per rumah tangga sekitar 5 -16 Kg / hari .
Di dalam Eko Arsitektur sampah adalah suatu attensi yang penting di dalam menciptakan suatu hunian atau kawasan yang Ekologis, Karena Suatu hunian tidak dapat di katakana Ekologis jika sampah tidak terkelola dengan baik, ada beberapa pengaruh negatif yang di hasilkan sampah terhadap hunian yang Ekologis, yaitu:
Ø Menyebabkan lingkungan hunian menjadi kotor dan dapat menimbulkan penyakit dan pencemaran lingkungan
Ø Hilangnya nilai – nilai Estetika dan kenyamanan
Ø Menimbulkan Kerusakan terhadap fisik bangunan
Ø Dan pengaruh – pengaruh negatif lainnya
Untuk mengantisipasi hal – hal negatif di atas perlu di lakukan pengelolaan secara berkelanjutan, sehinga sampah – sampah tersebut dapat terkontrol dan bisa saja dapat termanfaatkan dengan baik, dengan cara Daur ulang, Pengkomposan, pengurukan, dan beberapa prinsip yang bias di terapakn di dalam lingkungan keseharian dengan sistem 4R, yaitu,:
a. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
c. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
d. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.


Referensi

http://jakartakreatif.com/index.php?option=com_content&view=article&id=39:pengertian-arsitektur&catid=11:arsitektur&Itemid=102&lang=en
http://arsitekturlingkungan.blogspot.com/2009/04/arsitektur-lingkungan.html